"Poetry doesn't have to ryhme, it just has to touch someone where your hands couldn't"

Sunday, August 31, 2014

Kau redha?

When we stop doing what we done at the past, people always try to blame it now.

Dituduh.
Dikata.
Disoal.
Dipaksa.
Dicaci.
Difitnah.
Difitnah.
Difitnah.

Kau redha?

Kau dendam?

Kau pedih?

_________________________________________________________________________

Demi Allah, aku redha andai itu yang telah termaktub di atas sana.
Biarlah. Biar Tuhan aku lebih tahu.
Ini bahagian aku di dunia.

Jadi. Aku redha seredhanya.

__________________________________________________________________________


"Itu ini begitu begini........."

___________________________________________________________________________

"Aku merenung ke luar tingkap.
Memikirkan masa aku yang kian singkat,
Merancang usaha aku yang perlu ditingkat,
Terkenang masa lalu yang lebih ringkas.


Yang dahulu manis kini aku rasa basi,
Bila diumpankan secebis umpatan,
Yang lebih penting lebih senang dilupakan,
Yang gangsa digilap kita sangka emas,
Kaca dikejar yang berlian lekas terlepas,
Nasi yang dikendong senang tercicir,
Bila sibuk mengejar madu mengalir dari bibir,
Yang dijual murah untuk beli sepah,
Hingga tubuh kebulur, dan rohani resah.


Helah dan dusta punca sengketa,
Menghancurkan segala,
Bawa sengsara dan air mata".

______________________________________________________________________



Cukup. Aku mahu diam semahunya. Jangan soalkan lagi soalan bertimpa-timpa.
Kerna kebenaran itu tidak pernah mahu diterima.

Izinkan aku diam dan izinkan aku senyum.
 Boleh?

_________________________________________________________________________

Terima kasih.

No comments: